Pengertian Sistem Imunitas Terlengkap
Tubuh bayi dan anak-anak sangat rentan terkena berbagai jenis penyakit, seperti cacar air, campak, hepetitis dan sebagainya. Meskipun pada dasarnya tubuh sudah memiliki sistem imunitas yang baik, tetapi bayi dan anak-anak perlu diberi imunitas untuk meningkatkan sistem imunitas di dalam tubuhnya. Sehingga, tubuh dapat melawan berbagai jenis penyakit yang berbahaya sekalipun. Namun, apakah kamu mengetahui tentang sistem imunitas di dalam tubuh? Bagaimana hubungan antara imunitas dengan sistem imunitas? Agar kamu dapat mengetahuinya, marilah simak materi dibawah ini terlebih dahulu.
Sistem pertahanan tubuh bayi masih sangat lemah karena semua sistem yang berkaitan dengan daya tahan tubuh bayi belum terbentuk dengan sempurna. Hal ini menyebabkan bayi memiliki resiko tinggi terkena berbagai jenis penyakit yang sangat berbahaya dan dapat mengakibatkan cacat seumur hidup, bahkan kematian. Penyakit-penyakit tersebut, antara lain polio, batuk kering, hepatitis A, hepatitis B, difteri, batuk kokol, tetanus, haemophilus, influenza yang menyerang saluran pernafasan, demam campak, meningitis (radang selaput otak dan saraf jantung), serta cacar air. Semua jenis penyakit tersebut dapat disebabkan karena faktor lingkungan di sekitar kita yang dipenuhi oleh virus, bakteri, jamur, bahkan protista. Namun, semua penyakit-penyakit tersebut dapat dihindarkan dengan memberikan imunisasi pada bayi.
Sejak dilahirkan, semua bayi dianjurkan untuk mendapatkan suntikan perlindungan penyakit atau imunisasi. Pemberian imunisasi ini sangat penting diberikan pada bayi agar dapat membentuk sistem pertahanan tubuh dan meningkatkan daya tahan tubuh dari berbagai jenis virus, bakteri, jamur dan protista yang membawa jenis penyakit berbahaya, sehingga tubuh dapat terhindar dari penyakit-penyakit tersebut.
Pada dasarnya tubuh manusia dilengkapi oleh sistem imun yang sangat canggih untuk melindungi tubuh dari serangan benda-benda asing. Oleh karena itu, apabila sistem imunitas di dalam tubuh manusia baik, tentunya serangan penyakit dapat dihindari sedini mungkin. Sebaliknya, bila sistem imun di dalam tubuh lemah, kemungkinan resiko terkena penyakit pun besar. Lalu, apa saka jenis penyakit yang dapat menyerang sistem imunitas manusia? Bagaimana mekanisme sistem imunitas di dalam tubuh manusia? Apa saja komponen pada sistem imunitas? Apa perbedaan sistem imunitas spesifik dan tidak spesifik? Bagaimana hubungan antara imunitas dengan mekanisme sistem pertahanan tubuh manusia? Pada artikel berikut ini, kamu akan mempelajari mekanisme pertahanan tubuh imunitas dan komponen yang terdapat pada sistem imunitas.
A. Imunitas Spesifik dan Tidak Spesifik
Imunitas adalah kekebalan tubuh manusia terhadap penyakit. Imunitas sendiri terdapat dua jenis, yaitu spesifik dan tidak spesifik. Imunitas tidak spesifik disebut juga dengan imunitas bawaan ialah pertahanan tubuh pertama yang dimiliki oleh manusia sejak lahir. Pada umumnya, imunitas bawaan dapat melawan semua benda asing yang masuk ke dalam tubuh. Imunitas bawaan terdiri atas "benteng" tubuh, seperti kulit, air mata, lendir dan air ludah yang bekerja dengan baik ketika jaringan tubuh terinfeksi atau terluka. Mekanisme kerja imunitas bawaan adalah mencegah atau menghindari masuk dan menyebarnya penyakit.
Jika makhluk atau benda asing penginvasi (yang datang masuk) dapat melewati pertahanan tubuh yang pertama, sel-sel, molekul-molekul dan organ-organ dalam sistem imunitas akan melakukan perlawanan khusus untuk menghancurkan para pengivasi tersebut. Sistem imunitas tersebut dapat dipanggil kembali jika pada masa yang akan datang, para penginvasi menyerang tubuh kembali. Sistem imunitas ini disebut dengan imunitas spesifik atau imunitas adaptif. Dengan demikian, ciri imunitas adaptif ialah kemampuannya dalam mempelajari, menyesuaikan dan mengingat suatu benda asing yang masuk ke dalam tubuh.
Imunitas adaptif memiliki empat cara merespon yang berbeda. Pertama, imunitas adaptif yang hanya merespon setelah para penginvasi datang. Kedua, imunitas adaptif yang sangat spesifik, setiap respon sangat disesuaikan dengan jenis penginvasi yang datang. Ketiga, imunitas adaptif yang membuka memorinya dan merespon jauh lebih baik dibandingkan ketika serangan pertama, walaupun serangan kedua terjadi bertahun-tahun kemudian. Keempat, imunitas adaptif biasanya tidak menyerang komponen-komponen tubuh yang normal.
Pada respon imunitas sel yang dimediasi, sel-sel yang dapat menghancurkan sel-sel lain akan diaktifkan. Aktivitas penghancuran tersebut terbatas pada sel-sel yang terinfeksi atau menghasilkan suatu antigen spesifik. Respon imunitas sel yang dimediasi dihasilkan di dalam sel tubuh untuk melawan penginvasi, seperti virus. Selain itu, respon imunitas sel yang dimediasi juga dapat menghancurkan sel-sel mutan, seperti sel-sel kanker.
B. Anatomi dan Komponen Sistem Imunitas
1. Anatomi
Sistem imunitas akan menyusun pertahanan untuk tubuh ketika organisme penyebab penyakit masuk ke dalam tubuh. Salah satu bagian sistem imunitas akan menggunakan pertahanan untuk melindungi tubuh dari substansi asing. Pertahanan tubuh tersebut diantarnya kulit dan membran mukus yang melapisi semua rongga tubuh, serta senyawa kimia pelindung, seperti enzim dalam saliva dan air mata yang dapat menghancurkan bakteri.
Bagian lain dalam sistem imunitas ialah dengan menggunakan getah bening. Getah bening ialah cairan berwarna pucat yang berisi lemak serta mengandung limfosit. Lomfosit ialah sel-sel darah putih khusus yang merespon jenis substansi asing tertentu. Getah bening dalam tubuh berbentuk suatu sistem yang disebut dengan sistem limfatik. Sistem limfatik berfungsi untuk mengabsorpsi cairan berlebih dan mengembalikannya ke aliran darah serta mengabsorpsi lemak di vili-vili usus halus.
Sistem limfatik terdapat enam (6) ruangan interstisial ke sistem sirkulasi, antara lain sebagai berikut:
a. Pembuluh Getah Bening
Pembuluh getah bening berhubungan erat dengan sistem peredaran pembuluh. Pembuluh getah bening yang besar mirip dengan vena. Sementara, kapiler-kapiler getah bening bercabang-cabang ke seluruh bagian tubuh, kecuali otak. Kontraksi otot-otot rangka menyebabkan pergerakan cairan getah bening melalui katup-katup.
b. Nodus Getah Bening
Daerah tempat limfosit dan makrofage terkonsentrasi di sepanjang vena limfatik disebut dengan nodus getah bening. Nodus getah bening ialah massa jaringan yang menarik limfosit dan menyebarkannya ke daerah-daerah tubuh yang mengalami infeksi,
c. Sumsum Tulang
Sumsum tulang ialah substansi halus yang ditemukan di bagian tengah beberapa tulang. Sumsum tulang terdiri atas jaringan yang memproduksi limfosit. Limfosit dewasa juga terdapat di dalam sumsum tulang, yang berkembang menjadi limfosit B atau sel B. Limfosit B inilah yang menghasilkan protein-protein yang disebut antibodi yan diedarkan melalui darah dan menyerang organisme penyebab-penyebab penyakit.
d. Limpa
Limpa ialah salah satu organ dalam sistem limfatik. Limpa mirip dengan nodus getah bening, tapi lebih besar dan berisi darah. Limpa berfungsi sebagai reservoir darah yang menyaring darah dan cairan getah bening yang mengalir melaluinya. Jika limpa seseorang rusak atau diambil, orang tersebut lebih mudah terkena infeksi.
e. Kelenjar Timus
Beberapa imfosit dibentuk di sumsum tulang dan pindah tempat menuju kalenjar timus. Kelenjar timus menyekresikan hormon tomosin yang membuat sel pre-T berubah dewasa menjadi sel T atau limfosit T. Limfosit T dapat meneyrang organisme-organisme penginvasi secara langsung.
f. Tonsil
Tonsil ialah massa jaringan limfoid yang membentuk cincin mengelilingi dinding faring atau tenggorokan. Sel-sel limfoid di tonsil dapat melindungi faring terhadap invasi oleh bakteri penyebab penyakit.
2. Komponen Sistem Imunitas
Kemampuan sistem imunitas untuk menghasilkan respon terhadap penyakit bergantung pada interaksi antara komponen sistem imunitas dengan antigen yang terdapat pada pengivasi patagen. Berikut ini adalah komponen-komponen yang terdapat dalam sistem imunitas.
a. Makrofag
Makrofag ialah sel darah putih berukuran besar yang terus menerus mencari molekul-molekul antigen dari organisme asing yang masuk ke dalam tubuh, seperti bakteri, virus dan jamur.
Ketika ada organisme asing masuk, makrofag segera mengelilinginya, mencerna, serta menghancurkannya melalui proses yang disebut dengan fagositos. Selain itu, makrofag juga berperan dalam pertahanan adaptif dengan cara menarik antigen penginvasi lalu mengirim penginvasi tersebut untuk dihancurkan oleh komponen lain dalam sistem pertahanan adaptif.
b. Limfosit
Limfosit ialah sel darah putih yang berfungsi untuk megenali dan menghancurkan antigen-antigen penginvasi. Semua limfosit dimulai sebagai sel tunas (stem cell) di sumsum tulang, tetapi tumbuh dewasa di dua tempat yang berbeda, yaitu di sumsum tulang dan kelenjar timus. Limfosit dapat dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu sebagai berikut:
1) Limfosit B ialah limfosit yang tumbuh dewasa di sumsum tulang. Limfosit B dapat membelah dan membentuk sel plasma dan sel memori B. Sementara itu, sel-sel memori B merupakan bagian dari sistem memori imunitas.
2) Limfosit T ialah limfosit yang tumbuh dewasa di timus. Di dalam kelenjar timus, limfosit T "belajar" membedakan antara benda asing dengan bukan benda asing. Selanjutnya, limfosit T dewasa meninggalkan timus dan masuk ke dalam pembuluh getah bening.
3) Sel-sel pemusnah alami ialah limfosit yang memiliki ukuran lebih besar daripada limfosit T dan B. Sel ini disebut dengan "sel pemusnah" karena sel-sel tersebut dapat membunuh mikroba dan sel-sel kanker tertentu.
c. Reseptor Antigen
Reseptor antigen ialah suatu struktur khusus yang terdapat di permukaan limfosit yang dapat mengikat struktur tertentu yang terdapat di antigen, mirip seperti kunci dan anak kunci. Oleh karena itu, ketika antigen memasuki tubuh, hanya limfosit yang sesuai dengan antigen tersebut yang akan aktif.
d. Sel-Sel Pengenal Antigen
Ketika suatu antigen masuk ke daam sel tubuh, molekul pengangkut tertentu di dalam sel akan melekatkan diri ke antigen. Selanjutnya, molekul tersebut mengangkut antigen menuju permukaan sel, tempat limfosit T dapat mengenali mereka sebagai antigen. Molekul-molekul pengangkut tersebut dibuat oleh gen-gen disebut dengan kompleks histokomtipabilitas utama atau major histocompatibity complex (MHC), sehingga dikenal sebagai molekul MHC.
e. Antibodi
Antibodi ialah protein yang diproduksi oleh sel-sel limfosit B. Antibodi mengikat suatu antigen. Kecocokan ikatan tersebut mirip seperti kunci dan anak kuncinya yang membentuk komplek antibodi antigen.
Pada umumnya, antibodi adalah protein berbentuk "Y" yang disebut dengan imunoglobulin (Ig) yang hanya dibuat di sel-sel B. Berdasarkan daerah tersebut, antibodi dikategorikan menjadi lima kelas, yaitu IgM, IgG, IgA, IgD dan IgE.
IgM ialah antibodi yang pertama dihasilkan pada pemaparan awal oleh suatu antigen. IgG ialah jenis antibodi yang paling umum, dihasilkan pada pemaparan antigen berikutnya. IgA dapat keluar dari aliran darah dan muncul dicariran tubuh yang lain. IgE adalah antibodi yang menyebabkan reaksi alergi akut (reaksi alergi segera). Sedangkan IgD adalah antibodi yang terdapat dalam jumlah yang sangat sedikit di dalam darah. Fungsinya belum sepenuhnya dimengerti.
C. Imunisasi
Ketika tubuh dimasuki oleh suatu antigen, tubuh memerlukan waktu beberapa hari hingga respon imunitas adaptif menjadi aktif. Kemudian, aktivitas kekebalan tubuh menjadi naik, mendatar dan turun. Pada pemaparan selanjutnya oleh antigen yang sama, sistem imunitas merespon jauh lebih cepat dan menjangkau tingkat yang lebih tinggi. Keseluruhan imunitas tersebut dapat diperoleh melalui imunitas aktif maupun pasif.
1. Imunisasi Aktif
Imunisasi aktif terjadi ketika sistem imunisasi seseorang diaktifkan dan menghasilkan repon imunitas primer. imunisasi aktif dapat dipicu dengan dua cara, yaitu imunisasi alami dan vaksinasi.
Pada imunisasi alami, tubuh melawan penyakit dan memulihkan dirinya sendiri. Oleh karena respon imunisasi primer terjadi ketika sakit, sistem imunitas akan menaikkan respon sekunder untuk pencegahan penyakit setiap kali tubuh terserang lagi oleh penyakit tersebut.
Vaksinasi berasal dari kata dalam bahasa Latin, vacca yang artinya sapi. Kata vacca dipakai setelah material cacar sapi digunakan oleh Edward Jenner pada vaksinasi yang pertama. Vaksinasi ialah imunisasi buatan yang sengaja dibuat untuk melawan suatu penyakit dengan menggunakan vaksin. Vaksin ialah unsur yang secara struktural mirip dengan agen penyebab penyakit, tetapi tidak menyebabkan penyakit itu sendiri.
2. Imunisasi Pasif
Cara lain untuk mendapatkan imunitas tubuh seseorang ialah menggunakan imunisasi pasif. Imunisasi pasif tidak melibatkan sistem imunitas yang telah dimiliki oleh orang tersebut karena orang tersebut menerima antibodi yang diciptakan oleh orang lain atau hewan tertentu. Antibodi yang demikian dapat menyelamatkan seseorang ketika penyakitnya berkembang sangat cepat dan tidak dapat diimbangi oleh imunisasi alaminya.
D. Kelainan dan Gangguan pada Sistem Imunitas
Akibat adanya suatu hal, terkadang terjadi kelainan dan gangguan fungsi sistem imunitas sehingga jaringan tubuh dikenali sebagai banda asing. Dengan demikian, jaringan tubuh sendiri diserang dan dihancurkan oleh sistem imunitas. Hal yang demikian disebut dengan raksi autoimun. Raksi autoimun dapat dipicu beberapa faktor, antara lain:
1. Zat yang pada keadaan normal hanya terdapat di suatu tempat dapat mengalami kebocoran dan masuk ke dalam peredaran darah secara umum.
2. Perubahan suatu zat dalam tubuh
3. Sistem imunitas merespon zat asing yang menyerupai zat tubuh alami dan menyerangnya sebagai benda asing.
4. Terdapat kelainan fungsi pada sel yang mengendalikan pembentukan antobodi.
Nama-nama penyakit yang disebabkan oleh reaksi autoimun diantaranya adalah lupus eritemotosus sistemik, miastenia gravis, artritis rematoid, skleroderma dan anemia pernisiosa. Berikut akan dibahas mengenai penyakit-penyakit yang disebabkan oleh reaksi autoimun maupun kelainan sistem imunitas lainnya.
1. Penyakit-Penyakit Autoimun
Beberapa penyakit terkenal yang disebabkan oleh reaksi autoimun antara lain sebagai berikut:
a. Lupus Eritematosus Sistemik
Lupus eritemotosus sistemik ialah penyakit autoimun kronis. Sistem imunitas memperlakukan jaringan tubuh sendiri sebagai unsur asing yang harus dilawan dan dihancurkan. Gejala-gejala penyakit lupus, antara lain adanya bercak-bercak merah berbentuk kupu-kupu pada wajah, sakit kepala, cepat kelelahan, sakit persendian, kerusakan jantung, napas jadi pendek dan ginjal melemah.
b. Miastenia Gravis
Penderita penyakit miastenia gravis akan mengalami kelemahan tubuh yang progresif dan kelelahan pada otot polos. Otot polos tersebut berfungsi dan digunakan dalam banyak hal dalam tubuh, seperti berjalan, bernapas, mengunyah, serta berbicara. Karakteristik khas penyakit tersebut adalah penderitanya mengalami layu pada bagian kelopak mata. Selain itu, penyakit tersebut lebih banyak diderita oleh perempuan berusia 20-30 tahun.
Selain itu, penderita miastenia gravis dapat dibantu juga dengan melakukan operasi pembedahan timus dan proses pembersihan darah yang disebut dengan plasmaferesis.
2. Defisiensi Fungsi Imunitas
Defisiensi fungsi imunitas dapat terjadi karena faktor keturunan atau bukan faktor keturunan. Defisiensi fungsi imunitas karena faktor keturunan pada umumnya terjadi karena kelainan pada gen penting yang mengatur fungsi komponen-komponen sistem imunitas.
Contoh paling ekstram dari Defisiensi fungsi imunitas ialah penyakit yang disebut SCID (severe combined immunodeficiency) dan AIDS (acquired immunodeficiency syndrome). Orang yang menderita SCID, secara lengkap tidak memiliki limfosit T dan limfosit B. Oleh karena itu, orang tersebut tidak memiliki respon imunitas adaptif.
Dari seluruh penyakit Defisiensi fungsi imunitas, AIDS adalah salah satu penyakit yang paling dikenal saat ini. AIDS disebabkan oleh virus HIV yang merusak sel-sel T penolong. Oleh karena itu, sel-sel T penolong mengatur semua respon imunitas, penderita AIDS sangat rentan terhadap semua agen penginfeksi.
3. Alergi
Alergi terjadi karena sistem imunitas yang hipersesitif terhadap antigen lemah yang pada umumnya tidak menimbulkan respon imunitas. Substansi penyebab alergi disebut dengan alergon. Contoh alewrgon adalah debu, lumpur, polen dan hewan peliharaan tertentu. Itulah sebabnya, ada orang yang mengalami alergi debu, alergi polen atau alegi hewan peliharaan.
Sampai saat ini, belum ada obat yang dapat menyembuhkan alergi. Obat-obatan yang selama ini diberikan kepada penderita alergi adalah antihistamin yang dapat mengurangi reaksi tubuh jika terdapat alergen. Bagi penderita alergi, hal yang paling umum untuk penanganan alergi adalah menjauhi sejauhnya kontak dengan alergon.
Sistem pertahanan tubuh bayi masih sangat lemah karena semua sistem yang berkaitan dengan daya tahan tubuh bayi belum terbentuk dengan sempurna. Hal ini menyebabkan bayi memiliki resiko tinggi terkena berbagai jenis penyakit yang sangat berbahaya dan dapat mengakibatkan cacat seumur hidup, bahkan kematian. Penyakit-penyakit tersebut, antara lain polio, batuk kering, hepatitis A, hepatitis B, difteri, batuk kokol, tetanus, haemophilus, influenza yang menyerang saluran pernafasan, demam campak, meningitis (radang selaput otak dan saraf jantung), serta cacar air. Semua jenis penyakit tersebut dapat disebabkan karena faktor lingkungan di sekitar kita yang dipenuhi oleh virus, bakteri, jamur, bahkan protista. Namun, semua penyakit-penyakit tersebut dapat dihindarkan dengan memberikan imunisasi pada bayi.
Sejak dilahirkan, semua bayi dianjurkan untuk mendapatkan suntikan perlindungan penyakit atau imunisasi. Pemberian imunisasi ini sangat penting diberikan pada bayi agar dapat membentuk sistem pertahanan tubuh dan meningkatkan daya tahan tubuh dari berbagai jenis virus, bakteri, jamur dan protista yang membawa jenis penyakit berbahaya, sehingga tubuh dapat terhindar dari penyakit-penyakit tersebut.
Pada dasarnya tubuh manusia dilengkapi oleh sistem imun yang sangat canggih untuk melindungi tubuh dari serangan benda-benda asing. Oleh karena itu, apabila sistem imunitas di dalam tubuh manusia baik, tentunya serangan penyakit dapat dihindari sedini mungkin. Sebaliknya, bila sistem imun di dalam tubuh lemah, kemungkinan resiko terkena penyakit pun besar. Lalu, apa saka jenis penyakit yang dapat menyerang sistem imunitas manusia? Bagaimana mekanisme sistem imunitas di dalam tubuh manusia? Apa saja komponen pada sistem imunitas? Apa perbedaan sistem imunitas spesifik dan tidak spesifik? Bagaimana hubungan antara imunitas dengan mekanisme sistem pertahanan tubuh manusia? Pada artikel berikut ini, kamu akan mempelajari mekanisme pertahanan tubuh imunitas dan komponen yang terdapat pada sistem imunitas.
A. Imunitas Spesifik dan Tidak Spesifik
Imunitas adalah kekebalan tubuh manusia terhadap penyakit. Imunitas sendiri terdapat dua jenis, yaitu spesifik dan tidak spesifik. Imunitas tidak spesifik disebut juga dengan imunitas bawaan ialah pertahanan tubuh pertama yang dimiliki oleh manusia sejak lahir. Pada umumnya, imunitas bawaan dapat melawan semua benda asing yang masuk ke dalam tubuh. Imunitas bawaan terdiri atas "benteng" tubuh, seperti kulit, air mata, lendir dan air ludah yang bekerja dengan baik ketika jaringan tubuh terinfeksi atau terluka. Mekanisme kerja imunitas bawaan adalah mencegah atau menghindari masuk dan menyebarnya penyakit.
Jika makhluk atau benda asing penginvasi (yang datang masuk) dapat melewati pertahanan tubuh yang pertama, sel-sel, molekul-molekul dan organ-organ dalam sistem imunitas akan melakukan perlawanan khusus untuk menghancurkan para pengivasi tersebut. Sistem imunitas tersebut dapat dipanggil kembali jika pada masa yang akan datang, para penginvasi menyerang tubuh kembali. Sistem imunitas ini disebut dengan imunitas spesifik atau imunitas adaptif. Dengan demikian, ciri imunitas adaptif ialah kemampuannya dalam mempelajari, menyesuaikan dan mengingat suatu benda asing yang masuk ke dalam tubuh.
Imunitas adaptif memiliki empat cara merespon yang berbeda. Pertama, imunitas adaptif yang hanya merespon setelah para penginvasi datang. Kedua, imunitas adaptif yang sangat spesifik, setiap respon sangat disesuaikan dengan jenis penginvasi yang datang. Ketiga, imunitas adaptif yang membuka memorinya dan merespon jauh lebih baik dibandingkan ketika serangan pertama, walaupun serangan kedua terjadi bertahun-tahun kemudian. Keempat, imunitas adaptif biasanya tidak menyerang komponen-komponen tubuh yang normal.
Pada respon imunitas sel yang dimediasi, sel-sel yang dapat menghancurkan sel-sel lain akan diaktifkan. Aktivitas penghancuran tersebut terbatas pada sel-sel yang terinfeksi atau menghasilkan suatu antigen spesifik. Respon imunitas sel yang dimediasi dihasilkan di dalam sel tubuh untuk melawan penginvasi, seperti virus. Selain itu, respon imunitas sel yang dimediasi juga dapat menghancurkan sel-sel mutan, seperti sel-sel kanker.
B. Anatomi dan Komponen Sistem Imunitas
1. Anatomi
Sistem imunitas akan menyusun pertahanan untuk tubuh ketika organisme penyebab penyakit masuk ke dalam tubuh. Salah satu bagian sistem imunitas akan menggunakan pertahanan untuk melindungi tubuh dari substansi asing. Pertahanan tubuh tersebut diantarnya kulit dan membran mukus yang melapisi semua rongga tubuh, serta senyawa kimia pelindung, seperti enzim dalam saliva dan air mata yang dapat menghancurkan bakteri.
Bagian lain dalam sistem imunitas ialah dengan menggunakan getah bening. Getah bening ialah cairan berwarna pucat yang berisi lemak serta mengandung limfosit. Lomfosit ialah sel-sel darah putih khusus yang merespon jenis substansi asing tertentu. Getah bening dalam tubuh berbentuk suatu sistem yang disebut dengan sistem limfatik. Sistem limfatik berfungsi untuk mengabsorpsi cairan berlebih dan mengembalikannya ke aliran darah serta mengabsorpsi lemak di vili-vili usus halus.
Sistem limfatik terdapat enam (6) ruangan interstisial ke sistem sirkulasi, antara lain sebagai berikut:
a. Pembuluh Getah Bening
Pembuluh getah bening berhubungan erat dengan sistem peredaran pembuluh. Pembuluh getah bening yang besar mirip dengan vena. Sementara, kapiler-kapiler getah bening bercabang-cabang ke seluruh bagian tubuh, kecuali otak. Kontraksi otot-otot rangka menyebabkan pergerakan cairan getah bening melalui katup-katup.
b. Nodus Getah Bening
Daerah tempat limfosit dan makrofage terkonsentrasi di sepanjang vena limfatik disebut dengan nodus getah bening. Nodus getah bening ialah massa jaringan yang menarik limfosit dan menyebarkannya ke daerah-daerah tubuh yang mengalami infeksi,
c. Sumsum Tulang
Sumsum tulang ialah substansi halus yang ditemukan di bagian tengah beberapa tulang. Sumsum tulang terdiri atas jaringan yang memproduksi limfosit. Limfosit dewasa juga terdapat di dalam sumsum tulang, yang berkembang menjadi limfosit B atau sel B. Limfosit B inilah yang menghasilkan protein-protein yang disebut antibodi yan diedarkan melalui darah dan menyerang organisme penyebab-penyebab penyakit.
d. Limpa
Limpa ialah salah satu organ dalam sistem limfatik. Limpa mirip dengan nodus getah bening, tapi lebih besar dan berisi darah. Limpa berfungsi sebagai reservoir darah yang menyaring darah dan cairan getah bening yang mengalir melaluinya. Jika limpa seseorang rusak atau diambil, orang tersebut lebih mudah terkena infeksi.
e. Kelenjar Timus
Beberapa imfosit dibentuk di sumsum tulang dan pindah tempat menuju kalenjar timus. Kelenjar timus menyekresikan hormon tomosin yang membuat sel pre-T berubah dewasa menjadi sel T atau limfosit T. Limfosit T dapat meneyrang organisme-organisme penginvasi secara langsung.
f. Tonsil
Tonsil ialah massa jaringan limfoid yang membentuk cincin mengelilingi dinding faring atau tenggorokan. Sel-sel limfoid di tonsil dapat melindungi faring terhadap invasi oleh bakteri penyebab penyakit.
2. Komponen Sistem Imunitas
Kemampuan sistem imunitas untuk menghasilkan respon terhadap penyakit bergantung pada interaksi antara komponen sistem imunitas dengan antigen yang terdapat pada pengivasi patagen. Berikut ini adalah komponen-komponen yang terdapat dalam sistem imunitas.
a. Makrofag
Makrofag ialah sel darah putih berukuran besar yang terus menerus mencari molekul-molekul antigen dari organisme asing yang masuk ke dalam tubuh, seperti bakteri, virus dan jamur.
Ketika ada organisme asing masuk, makrofag segera mengelilinginya, mencerna, serta menghancurkannya melalui proses yang disebut dengan fagositos. Selain itu, makrofag juga berperan dalam pertahanan adaptif dengan cara menarik antigen penginvasi lalu mengirim penginvasi tersebut untuk dihancurkan oleh komponen lain dalam sistem pertahanan adaptif.
b. Limfosit
Limfosit ialah sel darah putih yang berfungsi untuk megenali dan menghancurkan antigen-antigen penginvasi. Semua limfosit dimulai sebagai sel tunas (stem cell) di sumsum tulang, tetapi tumbuh dewasa di dua tempat yang berbeda, yaitu di sumsum tulang dan kelenjar timus. Limfosit dapat dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu sebagai berikut:
1) Limfosit B ialah limfosit yang tumbuh dewasa di sumsum tulang. Limfosit B dapat membelah dan membentuk sel plasma dan sel memori B. Sementara itu, sel-sel memori B merupakan bagian dari sistem memori imunitas.
2) Limfosit T ialah limfosit yang tumbuh dewasa di timus. Di dalam kelenjar timus, limfosit T "belajar" membedakan antara benda asing dengan bukan benda asing. Selanjutnya, limfosit T dewasa meninggalkan timus dan masuk ke dalam pembuluh getah bening.
3) Sel-sel pemusnah alami ialah limfosit yang memiliki ukuran lebih besar daripada limfosit T dan B. Sel ini disebut dengan "sel pemusnah" karena sel-sel tersebut dapat membunuh mikroba dan sel-sel kanker tertentu.
c. Reseptor Antigen
Reseptor antigen ialah suatu struktur khusus yang terdapat di permukaan limfosit yang dapat mengikat struktur tertentu yang terdapat di antigen, mirip seperti kunci dan anak kunci. Oleh karena itu, ketika antigen memasuki tubuh, hanya limfosit yang sesuai dengan antigen tersebut yang akan aktif.
d. Sel-Sel Pengenal Antigen
Ketika suatu antigen masuk ke daam sel tubuh, molekul pengangkut tertentu di dalam sel akan melekatkan diri ke antigen. Selanjutnya, molekul tersebut mengangkut antigen menuju permukaan sel, tempat limfosit T dapat mengenali mereka sebagai antigen. Molekul-molekul pengangkut tersebut dibuat oleh gen-gen disebut dengan kompleks histokomtipabilitas utama atau major histocompatibity complex (MHC), sehingga dikenal sebagai molekul MHC.
e. Antibodi
Antibodi ialah protein yang diproduksi oleh sel-sel limfosit B. Antibodi mengikat suatu antigen. Kecocokan ikatan tersebut mirip seperti kunci dan anak kuncinya yang membentuk komplek antibodi antigen.
Pada umumnya, antibodi adalah protein berbentuk "Y" yang disebut dengan imunoglobulin (Ig) yang hanya dibuat di sel-sel B. Berdasarkan daerah tersebut, antibodi dikategorikan menjadi lima kelas, yaitu IgM, IgG, IgA, IgD dan IgE.
IgM ialah antibodi yang pertama dihasilkan pada pemaparan awal oleh suatu antigen. IgG ialah jenis antibodi yang paling umum, dihasilkan pada pemaparan antigen berikutnya. IgA dapat keluar dari aliran darah dan muncul dicariran tubuh yang lain. IgE adalah antibodi yang menyebabkan reaksi alergi akut (reaksi alergi segera). Sedangkan IgD adalah antibodi yang terdapat dalam jumlah yang sangat sedikit di dalam darah. Fungsinya belum sepenuhnya dimengerti.
C. Imunisasi
Ketika tubuh dimasuki oleh suatu antigen, tubuh memerlukan waktu beberapa hari hingga respon imunitas adaptif menjadi aktif. Kemudian, aktivitas kekebalan tubuh menjadi naik, mendatar dan turun. Pada pemaparan selanjutnya oleh antigen yang sama, sistem imunitas merespon jauh lebih cepat dan menjangkau tingkat yang lebih tinggi. Keseluruhan imunitas tersebut dapat diperoleh melalui imunitas aktif maupun pasif.
1. Imunisasi Aktif
Imunisasi aktif terjadi ketika sistem imunisasi seseorang diaktifkan dan menghasilkan repon imunitas primer. imunisasi aktif dapat dipicu dengan dua cara, yaitu imunisasi alami dan vaksinasi.
Pada imunisasi alami, tubuh melawan penyakit dan memulihkan dirinya sendiri. Oleh karena respon imunisasi primer terjadi ketika sakit, sistem imunitas akan menaikkan respon sekunder untuk pencegahan penyakit setiap kali tubuh terserang lagi oleh penyakit tersebut.
Vaksinasi berasal dari kata dalam bahasa Latin, vacca yang artinya sapi. Kata vacca dipakai setelah material cacar sapi digunakan oleh Edward Jenner pada vaksinasi yang pertama. Vaksinasi ialah imunisasi buatan yang sengaja dibuat untuk melawan suatu penyakit dengan menggunakan vaksin. Vaksin ialah unsur yang secara struktural mirip dengan agen penyebab penyakit, tetapi tidak menyebabkan penyakit itu sendiri.
2. Imunisasi Pasif
Cara lain untuk mendapatkan imunitas tubuh seseorang ialah menggunakan imunisasi pasif. Imunisasi pasif tidak melibatkan sistem imunitas yang telah dimiliki oleh orang tersebut karena orang tersebut menerima antibodi yang diciptakan oleh orang lain atau hewan tertentu. Antibodi yang demikian dapat menyelamatkan seseorang ketika penyakitnya berkembang sangat cepat dan tidak dapat diimbangi oleh imunisasi alaminya.
D. Kelainan dan Gangguan pada Sistem Imunitas
Akibat adanya suatu hal, terkadang terjadi kelainan dan gangguan fungsi sistem imunitas sehingga jaringan tubuh dikenali sebagai banda asing. Dengan demikian, jaringan tubuh sendiri diserang dan dihancurkan oleh sistem imunitas. Hal yang demikian disebut dengan raksi autoimun. Raksi autoimun dapat dipicu beberapa faktor, antara lain:
1. Zat yang pada keadaan normal hanya terdapat di suatu tempat dapat mengalami kebocoran dan masuk ke dalam peredaran darah secara umum.
2. Perubahan suatu zat dalam tubuh
3. Sistem imunitas merespon zat asing yang menyerupai zat tubuh alami dan menyerangnya sebagai benda asing.
4. Terdapat kelainan fungsi pada sel yang mengendalikan pembentukan antobodi.
Nama-nama penyakit yang disebabkan oleh reaksi autoimun diantaranya adalah lupus eritemotosus sistemik, miastenia gravis, artritis rematoid, skleroderma dan anemia pernisiosa. Berikut akan dibahas mengenai penyakit-penyakit yang disebabkan oleh reaksi autoimun maupun kelainan sistem imunitas lainnya.
1. Penyakit-Penyakit Autoimun
Beberapa penyakit terkenal yang disebabkan oleh reaksi autoimun antara lain sebagai berikut:
a. Lupus Eritematosus Sistemik
Lupus eritemotosus sistemik ialah penyakit autoimun kronis. Sistem imunitas memperlakukan jaringan tubuh sendiri sebagai unsur asing yang harus dilawan dan dihancurkan. Gejala-gejala penyakit lupus, antara lain adanya bercak-bercak merah berbentuk kupu-kupu pada wajah, sakit kepala, cepat kelelahan, sakit persendian, kerusakan jantung, napas jadi pendek dan ginjal melemah.
b. Miastenia Gravis
Penderita penyakit miastenia gravis akan mengalami kelemahan tubuh yang progresif dan kelelahan pada otot polos. Otot polos tersebut berfungsi dan digunakan dalam banyak hal dalam tubuh, seperti berjalan, bernapas, mengunyah, serta berbicara. Karakteristik khas penyakit tersebut adalah penderitanya mengalami layu pada bagian kelopak mata. Selain itu, penyakit tersebut lebih banyak diderita oleh perempuan berusia 20-30 tahun.
Selain itu, penderita miastenia gravis dapat dibantu juga dengan melakukan operasi pembedahan timus dan proses pembersihan darah yang disebut dengan plasmaferesis.
2. Defisiensi Fungsi Imunitas
Defisiensi fungsi imunitas dapat terjadi karena faktor keturunan atau bukan faktor keturunan. Defisiensi fungsi imunitas karena faktor keturunan pada umumnya terjadi karena kelainan pada gen penting yang mengatur fungsi komponen-komponen sistem imunitas.
Contoh paling ekstram dari Defisiensi fungsi imunitas ialah penyakit yang disebut SCID (severe combined immunodeficiency) dan AIDS (acquired immunodeficiency syndrome). Orang yang menderita SCID, secara lengkap tidak memiliki limfosit T dan limfosit B. Oleh karena itu, orang tersebut tidak memiliki respon imunitas adaptif.
Dari seluruh penyakit Defisiensi fungsi imunitas, AIDS adalah salah satu penyakit yang paling dikenal saat ini. AIDS disebabkan oleh virus HIV yang merusak sel-sel T penolong. Oleh karena itu, sel-sel T penolong mengatur semua respon imunitas, penderita AIDS sangat rentan terhadap semua agen penginfeksi.
3. Alergi
Alergi terjadi karena sistem imunitas yang hipersesitif terhadap antigen lemah yang pada umumnya tidak menimbulkan respon imunitas. Substansi penyebab alergi disebut dengan alergon. Contoh alewrgon adalah debu, lumpur, polen dan hewan peliharaan tertentu. Itulah sebabnya, ada orang yang mengalami alergi debu, alergi polen atau alegi hewan peliharaan.
Sampai saat ini, belum ada obat yang dapat menyembuhkan alergi. Obat-obatan yang selama ini diberikan kepada penderita alergi adalah antihistamin yang dapat mengurangi reaksi tubuh jika terdapat alergen. Bagi penderita alergi, hal yang paling umum untuk penanganan alergi adalah menjauhi sejauhnya kontak dengan alergon.